Minggu, 08 Januari 2012

BAGAIMANA MEMELIHARA HARI SABAT


BAGAIMANA MEMELIHARA HARI SABAT

lift
Yesaya 58:13,14 “Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat “hari kenikmatan”, dan hari kudus TUHAN “hari yang mulia”; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong,  maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut TUHANlah yang mengatakannya”
Bilamana saudara telah membaca pelajaran sebelumnya tentang hari sabat yang dimuat dalam web site ini, maka saudara pasti sudah menemukan beberapa point berikut ini :
- Allah yang menciptakan hari Sabat
- Allah berhenti, memberkati dan menguduskan hari Sabat
- Allah telah memberikan perintah agar manusia mengingat dan menguduskan hari sabat.
- Hari Sabat diciptakan bukan untuk orang Yahudi, tetapi untuk manusia
- Hari Sabat adalah hari ketujuh
- Hari ketujuh adalah hari Sabtu
Dalam pelajaran ini kita akan mengulas bagaimana caranya menguduskan hari Sabat. Beranjak dari baris pertama dari ayat di atas “Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku”, kita tentu bertanya, bagaimana cara yang dikehendaki Allah bagi kita  dalam memelihara hari sabat, dan bagaimana tingkah laku kita pada hari sabat harus berbeda pada hari-hari lain sepanjang minggu ? Mari kita cermati point-point berikut ini.
  1. “Menguduskan” hari Sabat artinya kita memperlakukan hari Sabat dengan rasa hormat.
  2. “Mengingat” hari Sabat artinya kita selalu memikirkan akan hari Sabat sehingga menimbulkan kerinduan dalam hati dan bersukacita bilamana hari sabat itu tiba.
  3. “Menyucikan” hari Sabat artinya kita memelihara hari itu hanya untuk Allah.
  4. Pada hari Sabat kita harus berhenti dari pekerjaan sehari-hari, seperti mencari nafkah, bersekolah, menonton/mendengarkan hiburan duniawi dan lain sebagainya pada hari Sabat (Keluaran 20:9-10), dengan kata lain, kita tidak melakukan urusan duniawi kita sepanjang hari sabat (Yesaya 58:13).

  5. Kita harus mempersiapkan makanan, rumah dan diri kita pada hari keenam atau hari persiapan untuk menyambut hari Sabat (Keluaran 16:23, Lukas 23:54-56).

  6. Pada hari Sabat kita tidak melakukan transaksi jual beli dan jangan membicarakan hal-hal mengenai bisnis (Nehemia 10:31, Nehemia 13:15-22).
  7. Hari Sabat adalah “hari yang suci untuk berkumpul” dimana kita berhimpun untuk kebaktian umum yang penuh kesukaan (Imamat 23:3, Lukas 4:16, Kisah 16:13).
  8. Kita berhenti, menguduskan dan menyucikan hari Sabat dari matahari terbenam pada hari jumat sampai matahari terbenam pada hari sabat/Sabtu (Imamat 23:32).
  9. Kita boleh berbuat baik pada hari Sabat (Matius 12:12). Kita membawa sinar terang, kesembuhan dan penghiburan  kepada yang sakit dan menderita pada hari Sabat.

  10. Allah menghendaki agar hari sabat menjadi hari kesukaan bagi kita, bukan hari yang membosankan (Yesaya 58:13). Mungkin saudara bertanya, bagaimana hari Sabat itu bisa menjadi hari kesukaan kalau ada banyak larangan hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada hari Sabat ?  Jikalau pikiran kita masih dipenuhi dengan kesenangan-kesenangan dan keuntungan duniawi sudah tentu hari sabat itu tidak akan bisa menjadi hari kesukaan, melainkan menjadi hari yang membosankan. Hal inilah yang dialami oleh bangsa Israel pada masa nabi Amos (Amos 8:5). Banyak orang Israel pada saat itu bukannya merindukan datangnya hari Sabat, tetapi pada hari Sabat mereka justru menanti-nantikan kapan Sabat itu berlalu agar mereka dapat melanjutkan bisnis mereka. Rasul Paulus mengatakan “Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” (Kolose 3:2), dengan demikian kita akan dapat merasakan dan mengatakan hari Sabat sebagai hari kenikmatan.
Sepanjang enam hari bekerja mungkin ada banyak problema yang kita hadapi. Beban hidup dan beban pekerjaan tentu membuat tubuh dan pikiran kita menjadi letih dan penat. Tubuh dan pikiran perlu istirahat sejenak untuk dapat melanjutkan perjuangan hidup pada minggu berikutnya. Untuk itu Allah telah menyediakan satu hari bagi kita, dimana kita dapat meletakkan segala beban hidup kita dan beristirahat sepanjang hari Sabat. Sepanjang Sabat kita boleh datang kepada Allah menaikkan pujian syukur dan membaca FirmanNya yang membawa kelegaan bagi jiwa kita. Memang pada hari-hari lainnya juga kita bisa datang kepada Allah, tetapi pada hari Sabatlah kita bisa dapat berhenti dari segala kesibukan kita dan mengkhususkan waktu untuk pujian dan ucapan syukur bagi Allah, karena memang Allah telah menyediakan hari itu bagi kita untuk beristirahat.
Mazmur 119:18 : “Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu.”
Kebenaran hari Sabat ibarat jendela yang terbuat dari kaca es. Kita berdiri di luar dan memandang, tetapi tidak tampak keindahannya, tidak ada apa-apa kecuali kekacauan. Namun bila kita memandang dari dalam, barulah kemuliaa itu akan nyata. Barang siapa yang ingin menikmati pemandangan itu harus memanjat tangga yang berliku-liku, dan mereka yang ingin masuk harus bertekuk lutut dalam kerendahan hati yang amat dalam. Dan bilamana sudah berada di dalam, sinar matahari akan menerangi, yang membuat warna-warni terang bagaikan pelangi. Rencana Tuhan akan nyata, tangan diangat ke atas dalam impian keajaiban, kasih dan pujian.Hanya apabila mata kita disingkapkan oleh Roh Allah kita dapat melihat nilai dan keindahan Sabat.
Mari dan datanglah, kita akan bersukacita menikmati berkat Sabat yang Tuhan telah sediakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar